Jumat, 12 Mei 2017

Berhenti Sejenak

Karena Allah yang lebih tahu dirimu.
Kamu adalah manusia dinamis, yang akan terus melakukan "PERJALANAN".

DIA tahu, kamu tidak akan mampu bertahan hidup lebih lama dalam satu kondisi yang itu-itu saja berputar terus menerus sepanjang hidupmu.

Karena Allah yang menciptakanmu. DIA yang lebih mengerti apa yang kamu butuhkan sebagai makhluk mikrokosmos; hanya remah2 terkecil dari semesta yang ternyata diamanahi tanggung jawab besar sebagai khalifah; "pemimpin perjalanan" di muka bumi.

Maka....
Berhentilah sejenak dari ketergesa-gesaan !!!
Kadang harapan untuk bisa melaju dengan kecepatan tinggi setelah melewati jalanan lurus dan mulus, harus dihentikan sejenak.
Berubah menjadi sedikit lebih lambat dari kecepatan normal yang seharusnya. Hanya karena di hadapanmu ada jalanan berliku-liku yang harus dilalui.
Percayalah, berhenti sejenak adalah pilihan yang baik agar kamu lebih berhati-hati.

Maka...
Berhentilah sejenak mendongkol !!! Lalu tenangkan batinmu.
Jika ternyata di tengah perjalanan, kenyamananmu harus terganggu dan terhenti sejenak, akibat jalanan berbatu dan berlubang lagi kadang diselingi turunan bahkan tanjakan yang terjal.
Percayalah, itu akan membuatmu lebih kuat nantinya bertahan di segala medan.

Maka....
Berhenti sejenak mengutuk kegelapan !!!
Lalu buat perubahan sederhana yang sedikit lebih baik.
Jika nanti kamu berada dalam kondisi terburuk sekalipun, yang kamu tidak inginkan.
GPS -satu2nya petunjuk arah- yg diandalkan, tanpa kamu sangka2 ternyata juga harus berhenti sejenak digunakan.
Yaaah karena signalnya eror akibat cuaca buruk yang datang tiba2.
Yakinlah, mengutuk kegelapan tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Jadi berbahagialah, karena kamu terhindar dari kesia-siaan yang tidak berguna.
.
.
Maka...
Berhenti sejenak berputus asa !!! Dan jangan lari dari kenyataan !!! Hadapi masalahmu !!!
Jika nanti kamu sudah sangat lelah dan ingin berhenti dari perjalanan panjang saat kamu tahu:
"dirimu sedang berada di persimpangan".
Bingung, tak tahu harus memilih arah ke mana.
Yakinlah, meminta dan membaca petunjukNYA adalah satu-satunya solusi terbaik buatmu saat itu.
.
.
Maka...
Berhenti sejenak berprasangka buruk terhadap takdirNya !!!
Jika jalan yang kamu pilih ternyata adalah jalan buntu sehingga perjalananmu betul2 harus terhenti.
Yaah berhentilah sejenak, ubah cara pandangmu sedikit lebih positif merenungi semua jejak yang telah kamu tinggalkan. Lalu ambil hikmah dari sana.
.
.
Maka...
Akan kamu temukan:

"Betapa Maha PenyayangNya DIA yang telah mengajarimu banyak hal luar biasa, tanpa kamu sadari"

"Betapa luas cinta & kasih sayangNya untukmu, melebihi batas jarak pandangmu terhadap ciptaanNya"

Karena bisa jadi,
Ini cara DIA menunjukkanmu jalan yang lebih baik. Jalan yang membentukmu menjadi pribadi yang lebih siap mengemban amanah besar yang DIA titipkan padamu sebagai "pemimpin perjalanan"
Yaaa...minimal perjalanan hidupmu sendiri.

Maka...
Bersyukurlah dengan tetap melanjutkan perjalananmu.
Perjalanan baru yang lebih baik.
Perjalanan yang akan terus kamu tempuh.
Dan hanya akan berakhir ketika DIA telah berkata: "PULANGlah"

Jumat, 21 November 2014

Bahagia Itu Sederhana. Trust Me!

Rasanya sulit menepis perasaan bahagia yang meletup-letup tiap kali melewati pintu gerbang yang membatasi antara wilayah Kabupaten Soppeng dengan Kabupaten Wajo. Kenapa yah? Padahal sebenarnya tidak ada yang spesial loh dari gerbang tersebut. Bahkan penampakan gerbangnya kini sudah sangat lusuh dan hampir hancur. Huruf-huruf timbul yang dulunya membentuk kalimat “Selamat Datang Di Kabupaten Wajo” kini sudah hilang beberapa namun sisanya masih tersusun rapi di bagian atasnya. Temboknya yang dulu putih bersih dihiasi gambar bermotif sutera warna warni, kini terganti dengan coretan-coretan tangan tidak jelas, dari orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak mengerti soal keindahan.
Kenapa yah aku bisa sebahagia itu? Hmmm ahhaa…. sepertinya itu karena…. ± 18 Km dari gerbang ini…. di sana….,  di rumah sederhana nan tersembunyi itu, ada 2 orang yang sangat kucintai sedang menantikan kedatanganku. Yuuup, benar saja! Begitu aku sampai dan menginjakkan kaki di tangga rumahku sembari berucap:
“Assalamu’alaikum…. Mama…. Bapak…. sampai meka.”

Seketika itu, saya mendapatkan lemparan senyum manis yang khas dari mereka, mama dan bapakku.. Soo sweet…^_^ 

“Wa’alaikum salam…. Alhamdulillah… Tidak mabok jeki Nak?” balas mama dengan penuh perhatian sambil mencium pipi anaknya.

Hal sederhana inilah yang membuatku selalu merasa bahagia tiap kali ada kesempatan pulang kampung (pulkam). Perhatian dan kehangatan cinta yang Bapak dan Mamaku berikan tidak berubah, men! Bahkan semakin bertambah! Buktinya saja, Bapak rela memborong semua dagangan pisang goreng yang dijajakan anak tetanggaku tiap sore di rumah. Hanya karena aku dan adikku curhat ingin makan pisang goreng. Heheh….
Bukan hanya bapak yang semangat nunjukin cintanya pada anak-anaknya yang manis-manis ini. Mama juga! Bahkan di malam terakhir waktu pulkam (8/11/14), pas mau istirahat nih… Mama buru-buru menggelar karpet tebal di ruang keluarga lalu menaruh 3 bantal di atasnya.

“Oh ternyata mama tidak mau tidur di kamarnya malam ini.” gumamku dalam hati melihat aksi mamaku

“Sama-sama ki’ nanti tidur di sini nah Nak….” pinta mama sambil melirik kedua anaknya.

Singkat cerita, tanpa berkata ba bi bu…. adikku yang memang lagi mengantuk berat saat itu segera merebahkan badannya di atas karpet. Kemudian disusul oleh mama. Saya hanya tersenyum melihat tingkah lucu mama dan adik. Saya lalu mengambil selimut untuk mereka. Tak mau melewatkan moment berharga ini, saya bergegas mengambil tempat di atas karpet lalu menyusul mereka ke "pulau kapuk". Tiduuur…


Memang benar loh…. Bahagia itu sederhana! Tak perlu budget, tempat, atau moment khusus untuk bisa merasakannya. Ia bisa muncul dari hal-hal sederhana yang sering dianggap sepele. Yuuup….. bahagia itu sederhana! Tidak percaya?? Coba deh, tarik bibirmu (bukan dengan tangan) 2 cm simetris ke kiri dan kanan sambil berdiri di depan cermin. Kece sekali kan bayangan yang nampak di sana?! Jika jawaban Anda YA! Berarti SELAMAT! Anda telah merasakan feel (bahagia dengan cara sederhana) itu. Nah, sekarang sudah percaya kan, BAHAGIA ITU SEDERHANA!

Selasa, 14 Oktober 2014

Generasi Digital, Jangan Hanya Mengandalkan Internet


Sebelum Anda membaca isi tulisan ini, sejenak  saya ingin mengajak Anda bermain tebak-tebakan berhadiah. Siapa yang mau? Ayoo acungkan tangan lalu duduk manis baca tulisan ini yah.. Okey..! Yang tidak mau, silahkan alihkan pandangan Anda dari layar monitor gadget Anda, dan biarkan orang di samping Anda membaca tulisan ini. Hehehe….

Kita mulai yah… Pertanyaannya: siapakah aku? Bentukku berupa perangkat lunak computer. Aku diprogram sebagai search engine. Apa yang orang cari bisa kutemukan.

Mencari referensi ilmiah? Ada... 
Lowongan kerja? Banyak..
Referensi fashion dan trend? Apalagi. 
Tutorial-tutorial mulai dari yang gampang sampai yang ribet? Tinggal pilih. 
Mau tahu informasi terupdate bahkan yang lawas sekalipun? Ada…
Informasi yang penting sampai yang absurd dan nggak penting bangeet…..? Silahkan tanyakan padaku. 
Tanpaku, orang biasanya galau dan merasa dirinya bagai “butiran debu” yang tak tahu harus mencari ke mana. Karena ia tahu tak akan bisa mendapat jawaban (atas pencariannya) pada rumput yang bergoyang.

Sudah ada yang bisa jawab? Yah, Anda yang sedang senyum-senyum sendiri di sana.. Apa jawaban Anda? 

"G-O-O-G-L-E.."
 "Yap, betul….Selamat…..!"
Silahkan kunjungi situs resmi google.com pilih image lalu ketik salah satu pilihan hadiah* berikut:

    # kipas angin turbo portable plus charger;

    # televisi layar sentuh anti gores;
   # atau kulkas internet dua pintu hemat energi.
*Pengambilan hadiahnya dapat dilakukan melalui print kesayangan Anda yah.. Hehe…^^

Baik, kita mulai serius ke topik pembahasan. Bicara soal google, (mungkin) tidak ada manusia sekarang yang tidak mengenalnya. Anak umur 6 tahun pun tahu, dan bisa “berselancar” dengan mulus di dalamnya tanpa takut tenggelam (ya iyalah, bukan laut!). Dengan hanya bermodal PC (personal computer), tablet, atau bisa juga menggunakan smartphone, maka dalam waktu kurang 5 menit Anda sudah dapat mencari informasi yang Anda butuhkan di google. Hebat bukan? Saking hebatnya mesin ini, sampai-sampai orang memberinya gelar sebagai bentuk “penghargaan” atas jasanya. Gelar itu dulunya hanya diberikan kepada orang yang “dituakan” karena memiliki kesaktian. Namun sekarang, gelar itu dengan mudah melekat padanya. Orang kini menyebutnya dengan sebutan mbah google (kok lebih mirip dukun yah?).

Saya jadi ingat pengalaman di kampus, saya pernah bertanya pada seorang teman.

“Klinik gurah yang bagus di Makassar, di mana?” tanyaku.“Coba tanya mbah google, mungkin dia tahu”. Jawab temanku spontan dengan wajah innocent.
Mendengar jawabannya itu dahi dan kening saya sempat berkerut, teman saya tadi tersenyum lalu melontarkan kembali jawaban yang sama namun dengan redaksi kalimat yang berbeda.
“Coba searching di google, siapa tahu informasinya ada di sana”. Katanya lagi.
Wooow, untuk mencari alamat suatu tempat pun kita bisa temukan di google dengan aplikasi google maps. Amazing! Hmm, andai…..saja pelantun lagu “alamat palsu” singgah dulu ke warnet sebelum mencari alamat yang dia cari, mungkin bisa langsung ketemu tuh tanpa harus ke sana ke mari. Jadi, tidak bakalan menambah panjang deretan koleksi lagu galau di Indonesia…! (Ayo Indonesia bangkit! Ups...)

Back to topic. Selain alamat, kita bisa menemukan banyak hal di mesin pencari ini. Sebagaimana yang saya utarakan tadi di paragraf ke dua tulisan ini. Entah itu untuk “konsumsi” pribadi atau orang banyak. Seperti halnya yang rutin dilakukan oleh salah satu penyiar Radio Islam di kampung saya tiap pagi. Saat akan menutup siaran on airnya, dia terlebih dahulu mengumumkan informasi prakiraan cuaca yang terjadi di Kabupaten Wajo. Namun, (mungkin) karena signal wifi di tempat dia siaran agak sedikit terganggu oleh hujan yang belum reda pada saat itu, sehingga dia tidak berhasil googling untuk mendapatkan informasi tersebut. Alhasil di akhir siarannya, penyiar tadi meminta maaf atas “kekurangan” tersebut kepada seluruh pendengarnya, termasuk saya yang kebetulan mendengarnya siaran. Heheh… (baik saya maafkan…)


Tak berapa lama setelah penyiar tadi off air, saya mendengarkan break iklan layanan masyarakat di radio tersebut. Pada iklan, dijelaskan bahwa untuk menghadapi perubahan musim yang tidak tentu seperti saat ini, masyarakat butuh persiapan adaptasi terhadap musim. Di mana salah satu bentuk adaptasinya adalah mengetahui prakiraan cuaca. Dengan begitu masyarakat akan mudah mengatur aktifitas ataupun pekerjaan mereka. Adapun cara agar masyarakat mendapatkan informasi prakiraan cuaca, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) berkoordinasi dengan pemerintah dan media penyiaran. Sehingga informasi dapat tersebar ke seluruh lapisan masyarakat. Begitu kata iklannya. Namun fakta kemarin ternyata berkata lain. Salah siapa? Itu bukan pembahasan penting menurutku.


Menghubungkan antara “kesaktian mbah google“ dengan insiden tersebut, saya sedikit bisa mengambil pelajaran dari sana. Bahwa kita tidak bisa sepenuhnya hanya bermodal googling untuk mengetahui sesuatu. Kita masih butuh “media” lain yang lebih nyata keberadaannya sebagai tempat kita menggali informasi. Kita masih butuh orang lain sebagai tempat menimba dan berbagi informasi, ilmu, pengalaman, bahkan nasehat. Kita masih butuh kitab dan juga buku bacaan yang dapat kita buka satu persatu lembarannya dan menemukan pencerahan di sana. 




Selama ini kita terlalu asyik menggunakan fasilitas teknologi canggih nan instant itu sampai-sampai kita setengah sadar bahkan hampir dibuat tidak sadar (mungkin) bahwa google itu adalah buatan manusia, hasil transformasi ide brilian manusia ke dalam bentuk produk digital yang bisa saja ditemukan keterbatasan pada saat penggunaannya. 


Kita (mungkin) terlalu menikmati ke-instan-an dan kemudahan yang ditawarkan produk-produk digital saat ini sehingga enggan meninggalkan zona nyaman itu untuk “hijrah” ke zona lain yang mengajak kita sedikit bersusah payah meluangkan waktu juga tenaga demi mengunjungi tempat-tempat nyata (seperti perpustakaan, masjid, toko buku, museum, dll). Di mana kita bisa bertukar “sesuatu” dengan orang lain dan menemukan sesuatu yang baru di sana. Jadi, mari ubah cara pandang kita dan mulai menyadarkan diri kita masing-masing. Bahwa kita hidup di atas bumi yang luasnya tidak hanya selebar layar monitor gadget yang kita punya.


Memang sih… saat ini kita tengah berada di era digital, sehingga hampir seluruh aktivitas kita berhubungan dengan yang namanya produk digital. Namun tidakkah kita sadar akan potensi dan nikmat yang telah Allah beri pada diri dan sekitar kita? Meskipun kita adalah generasi digital, jangan hanya mau mengandalkan internet untuk segala urusan hidup kita. Masih banyak hal-hal berguna dan menarik di dunia nyata. Berseliweran sana sini di luar sana. Dan hal itu bisa kita dapatkan GRATIS dan mudah, semudah kita menjelajahi dunia maya. Kita hanya perlu meng-ON-kan kembali seluruh panca indera yang kita miliki dan mengolahnya dengan akal dan hati-[hati].



~[ Selamat mencoba menemukan harta karun yang terpendam itu ]~